Tuesday, May 3, 2016

Penerapan Teori Fluiditas di dalam Commuter Line

Apa itu fluiditas? Gw lupa pengertian lengkapnya, tapi yang jelas fluid itu memiliki sifat seperti zat cair, yang bisa berubah-ubah sesuai wadah yang ditempatinya. Contohnya pada sel darah merah. Sel darah merah berbentuk pipih seperti cakram. Sel ini harus melewati pembuluh darah untuk beredar ke seluruh tubuh. Diameter pembuluh darah yang beraneka ragam, bahkan ada yang sangat kecil, lebih kecil dari diameter sel darah merah. Dengan perbedaan ukuran ini, sel darah merah memiliki membran yang bersifat fluid, di mana membrannya bisa fleksibel berubah bentuk sesuai diameter pembuluh darah yang dilaluinya. Keistimewaan ini memudahkan sel untuk tetap beredar ke seluruh tubuh. 

Lalu apa hubungannya fluiditas dengan Commuter Line? Gw sering banget naik Commuter Line, terutama di pagi hari sekitar jam 6 ke arah Jakarta, dan malam hari jam setengah 8 ke arah Depok. Dan pada waktu-waktu yang gw sebutkan di atas, merupakan waktu-waktu sibuk di mana penumpang membludak dan padat memenuhi gerbong kereta. 

Di sinilah yang gw sebut penerapan teori fluiditas di dalam Commuter Line. Badan gw ibarat sel darah merah yang memiliki membran bersifat fluid, dan penumpang lain yang berdiri di sekitar gw adalah pembuluh darahnya. Saat gerbong sedang penuh-penuhnya, gw ga bisa gerakin badan sesuka hati gw, karena udah terlalu padat. Alhasil badan gw tinggal mengikuti arah gerakan orang di sekitar gw. Persis kayak sel darah merah di dalam pembuluh darah.

Saking padatnya, kadang antara badan, tangan dan kaki letaknya udah ga sinkron. Kaki tetap diam di tempat, tapi badan gw bisa miring 45 derajat dari pinggang. Kalo diterusin lagi, gw rasa gw bisa kayang di dalem gerbong kereta. Gw juga pernah ngalamin, kedua kaki dalam keadaan jinjit, sementara badan diapit kanan kiri depan belakang sama penumpang lain. Gw rasa lama-lama kaki gw bisa ga napak sama sekali di lantai gerbong. Pengalaman lain lagi, leher gw ga bisa nengok kanan kiri, karena di sebelah kanan kiri gw ada bahu-bahu cowok yang super gede, yang tepat persis di deket pipi gw, sehingga pergerakan leher gw ke-blok. 

Berhubung gw naik kereta di jam-jam sibuk dan itu bikin gw ngantuk, jadilah gw punyq keahlian lain, tidur sambil berdiri di dalam kereta, dengan berbagai posisi. Posisinya berdasarkan fluiditas, karena tubuh gw otomatis jadi fleksibel mengikuti gerakan penumpang di sekitar gw. 

Ngomong-ngomong soal keahlian, kalo baru mau naik kereta dari peron, kita juga perlu keahlian khusus, terutama saat kereta lagi penuh-penuhnya. Awalnya gw kewalahan sendiri waktu mau masuk kereta, sementara udah ga ada space tersisa untuk gw memijakkan kaki. Begitu gw berhasil memijakkan kaki, posisi gw jadi membelakangi pintu gerbong, dan kalo gw kedorong ke belakang, gw bisa keluar lagi dan jatuh di peron. Dan itu bahaya banget! 

Keahlian yang dimaksud adalah, ketika kita berhasil memijakkan kaki di lantai gerbong meskipun sedikit, kita harus cepat memutar badan sehingga menghadap ke pintu gerbong tempat kita masuk. Pijak, dan putar badan. Tangan langsung meraih pegangan terdekat. And then landing safely... Masalah badan kita kejepit penumpang lain, itu urusan belakang. Yang penting, kita bisa masuk ke dalam gerbong, dan pintu bisa ditutup dengan sukses.